Kenali 5 Hal yang Menjadi Penyebab Kerusakan Dunia: Nasehat UAS yang Relevan di Era Digital

Table of Contents
Kenali 5 hal yang menjadi penyebab kerusakan Nasehat UAS tentang rusaknya dunia karena 5 hal

Kenali 5 Hal yang Menjadi Penyebab Kerusakan Dunia: Nasehat UAS yang Relevan di Era Digital

Ustadz Abdul Somad (UAS), dikenal dengan ceramah-ceramahnya yang lugas dan menyentuh berbagai aspek kehidupan, pernah memberikan nasehat tentang lima hal yang menjadi penyebab kerusakan dunia. Di tengah hiruk pikuk modernitas, digitalisasi, dan perubahan sosial yang pesat, nasehat ini justru terasa semakin relevan. Mari kita bedah satu per satu, sambil melihat bagaimana nasehat UAS ini bisa menjadi kompas moral di tengah badai informasi dan inovasi yang tak kunjung henti.

1. Cinta Dunia (Hubbud Dunya): Ketika Materi Mengalahkan Makna


1. Cinta Dunia (Hubbud Dunya): Ketika Materi Mengalahkan Makna

Nasehat UAS yang pertama adalah cinta dunia (hubbud dunya). Bukan berarti kita harus hidup asketis di gua terpencil, tapi lebih kepada bagaimana kita menempatkan dunia dan segala isinya dalam proporsi yang tepat. Di era konsumerisme yang menggila, hubbud dunya seringkali menjelma menjadi obsesi mengejar materi, status sosial, dan kepuasan instan. Semuanya serba cepat, serba instan, dan serba viral.

Lalu, bagaimana hubbud dunya merusak dunia? Simpel. Ketika orientasi kita hanya pada akumulasi kekayaan dan kekuasaan, kita cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam tanpa ampun, korupsi yang merajalela, dan ketidaksetaraan sosial yang menganga adalah beberapa konsekuensi logis dari hubbud dunya yang tak terkendali.

Di era digital, hubbud dunya bahkan menemukan wujudnya yang lebih canggih. Media sosial menjadi ajang pamer kekayaan dan gaya hidup mewah. Influencer dengan jutaan pengikut berlomba-lomba mempromosikan produk-produk konsumtif. Algoritma platform digital dirancang untuk membuat kita kecanduan, membeli, dan terus membeli. Kita diingatkan berkali-kali oleh iklan tertarget bahwa kebahagiaan ada pada produk terbaru, fashion termahal, atau liburan ke destinasi eksotis.

Solusinya? Kesadaran. Refleksi. Bertanya pada diri sendiri, "Apakah yang saya lakukan ini benar-benar saya butuhkan? Atau hanya keinginan sesaat yang dipicu oleh pengaruh eksternal?" Luangkan waktu untuk hal-hal yang bermakna, seperti membantu sesama, belajar hal baru, atau sekadar menikmati kebersamaan dengan keluarga. Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan uang. Kebahagiaan adalah merasakan makna dan kontribusi dalam hidup.

2. Takut Mati (Khauf al-Maut): Melupakan Tujuan Akhir


2. Takut Mati (Khauf al-Maut): Melupakan Tujuan Akhir

Takut mati (khauf al-maut) adalah nasehat UAS yang kedua. Ketakutan akan kematian memang wajar, karena kematian adalah gerbang menuju alam yang belum kita ketahui. Namun, ketika ketakutan ini berlebihan, kita cenderung lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

Bagaimana khauf al-maut merusak dunia? Ketika kita terlalu fokus pada kehidupan duniawi, kita cenderung menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan, memperpanjang usia, atau menghindari risiko. Korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah beberapa contohnya. Kita berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, seolah-olah harta tersebut bisa dibawa mati.

Di era digital, khauf al-maut juga termanifestasi dalam berbagai bentuk. Misalnya, obsesi pada kesehatan dan kebugaran yang berlebihan, ketakutan akan penyakit, atau kecemasan akan masa depan yang tidak pasti. Kita mudah termakan hoaks dan teori konspirasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan. Kita rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli produk-produk yang menjanjikan keabadian atau kekebalan tubuh.

Solusinya? Ingatlah bahwa kematian adalah keniscayaan. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Manfaatkan waktu yang tersisa untuk berbuat baik, belajar hal baru, dan memperbaiki diri. Persiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan bekal iman, ilmu, dan amal saleh. Ingatlah, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang abadi.

3. Meninggalkan Sholat: Hilangnya Pilar Agama


3. Meninggalkan Sholat: Hilangnya Pilar Agama

Nasehat UAS yang ketiga adalah meninggalkan sholat. Sholat adalah ibadah wajib bagi umat Muslim, dan merupakan pilar utama agama Islam. Meninggalkan sholat berarti meruntuhkan salah satu fondasi penting dalam kehidupan beragama.

Bagaimana meninggalkan sholat merusak dunia? Sholat bukan hanya sekadar ritual. Sholat adalah sarana untuk membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan mengingatkan diri akan tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika kita meninggalkan sholat, kita cenderung kehilangan kendali atas diri sendiri, mudah terjerumus dalam perbuatan dosa, dan melupakan nilai-nilai moral yang luhur.

Di era digital, godaan untuk meninggalkan sholat semakin besar. Notifikasi media sosial, game online, dan tontonan hiburan seringkali membuat kita lupa waktu dan mengabaikan kewajiban sholat. Kita lebih asyik scroll timeline daripada mendengarkan adzan. Kita lebih memilih marathon serial TV daripada berdiri di hadapan Allah.

Solusinya? Jadikan sholat sebagai prioritas utama dalam hidup. Pasang alarm pengingat sholat di smartphone Anda. Cari teman atau komunitas yang saling mengingatkan dan memotivasi untuk sholat berjamaah. Ingatlah, sholat adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Sholat adalah cara terbaik untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.

4. Meninggalkan Zakat: Hilangnya Solidaritas Sosial


4. Meninggalkan Zakat: Hilangnya Solidaritas Sosial

Nasehat UAS yang keempat adalah meninggalkan zakat. Zakat adalah ibadah wajib bagi umat Muslim yang mampu, dan merupakan salah satu rukun Islam. Zakat berfungsi sebagai instrumen pemerataan kekayaan dan wujud solidaritas sosial.

Bagaimana meninggalkan zakat merusak dunia? Zakat adalah solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial dan mengurangi kemiskinan. Ketika zakat tidak ditunaikan, kekayaan hanya berputar di kalangan orang-orang kaya, sementara orang-orang miskin semakin terpinggirkan. Akibatnya, timbul kecemburuan sosial, kerusuhan, dan ketidakstabilan ekonomi.

Di era digital, zakat bisa ditunaikan dengan mudah melalui berbagai platform online. Namun, kemudahan ini juga diiringi dengan tantangan baru, seperti kurangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga zakat, kekhawatiran akan penyalahgunaan dana zakat, atau keengganan untuk berbagi kekayaan.

Solusinya? Tunaikan zakat secara rutin dan ikhlas. Pilih lembaga zakat yang terpercaya dan transparan. Ingatlah, zakat bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga investasi untuk akhirat. Zakat adalah cara terbaik untuk membersihkan harta dan membantu sesama.

5. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Diamnya Kebenaran


5. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar: Diamnya Kebenaran

Nasehat UAS yang kelima adalah meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Amar ma'ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap Muslim untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kewajiban ini merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial dan tanggung jawab moral.

Bagaimana meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar merusak dunia? Ketika kita diam terhadap kemungkaran, kemungkaran akan semakin merajalela. Ketika kita tidak berani menegakkan kebenaran, kebenaran akan semakin terpinggirkan. Akibatnya, moralitas masyarakat akan semakin merosot, kejahatan akan semakin meningkat, dan ketidakadilan akan semakin meluas.

Di era digital, amar ma'ruf nahi munkar bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, melalui media sosial, blog, atau podcast. Namun, amar ma'ruf nahi munkar di era digital juga memiliki tantangan tersendiri, seperti risiko ujaran kebencian, polarisasi opini, atau disinformasi.

Solusinya? Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sampaikan kebenaran dengan cara yang santun dan bijaksana. Jangan terpancing emosi atau ujaran kebencian. Ingatlah, amar ma'ruf nahi munkar adalah wujud cinta kita kepada Allah dan sesama. Amar ma'ruf nahi munkar adalah cara terbaik untuk memperbaiki dunia.

Kesimpulan: Nasehat UAS tentang lima hal yang menjadi penyebab kerusakan dunia sangat relevan di era digital. Dengan memahami dan mengamalkan nasehat ini, kita bisa menjadi agen perubahan positif dan berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Mari kita jadikan nasehat ini sebagai kompas moral dalam menjalani kehidupan sehari-hari, di dunia nyata maupun di dunia maya.